Bismillahirrahmanirrahim | Members area : Register | Sign in
Logo Design by FlamingText.com

Admin

Wikipedia

Hasil penelusuran

Kumpul Nyambung Seduluran

Kamis, 16 Oktober 2014

Jika berkenan mohon kehadirannya "Alumni PPMH"
Menjalin tali silaturahim antar sesama adalah suatu kebajikan yang sangat luar biasa dan mulia. Dengan silaturahim maka akan terjalin kasih sayang antar sesama saudara Muslim bahkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Bila hal itu dapat terjadi maka kasih sayang Tuhan pun akan turun dan senantiasa menaungi hidup kita. Karena itulah guna menyambung kembali tali silaturahmi yang terserak oleh jarak, waktu dan keadaan maka sebagian Alumni PPMH Putat Tanggulangin berusaha menjalin kembali tali silaturahim diantara para alumni dengan mengadakan acara Kumpul Nyambung Seduluran. diharapkan dari sini munculah ide-ide yang inovatif dan variatif antar sesama alumni, dan ingin bersepakat untuk terus saling berhimpun agar tercipta ruang untuk saling berbagi, bekerjasama dan membantu satu sama lain dalam berbagai hal.

Kiai Romly Tamim, Penyusun Doa Istighotsah

Jumat, 29 Agustus 2014


Kata "Istighotsah" (إستغاثة) adalah bentuk masdar dari Fi'il Madli Istaghotsa (إستغاث) yang berarti mohon pertolongan. Secara terminologis, istigotsah berarti beberapa bacaan wirid (awrad) tertentu yang dilakukan untuk mohon pertolongan kepada Allah SWT atas beberapa masalah hidup yang dihadapi.
Istighotsah ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat khususnya kaum Nahdliyyin baru pada tahun 1990 an. Di Jawa Timur, ulama yang ikut mempopulerkan istighotsah adalah Almarhum KH Imron Hamzah (Rais Syuriyah PWNU Jatim waktu itu). Namun di kalangan murid Thariqah, khususnya Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, Isighotsah ini sudah lama dikenal dan diamalkan.
Bacaan istighotsah yang banyak diamalkan oleh warga Nahdliyyin ini, bahkan sekarang meluas ke seluruh penjuru negeri sebenarnya disusun oleh KH Muhammad Romly Tamim, seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, dari Pondok Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang. Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang bernama Al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah" (tahun 1951) kemudian pada tahun 1961 diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya KH Musta'in Romli.
KH Muhammad Romly Tamim adalah salah satu putra dari empat putra Kiai Tamim Irsyad (seorang Kiai asal Bangkalan Madura). Keempat putra Kiai Tamim itu ialah Muhammad Fadlil, Siti Fatimah, Muhammad Romly Tamim, dan Umar Tamim.
KH Muhammad Romly Tamim lahir pada tahun 1888 H. di Bangkalan Madura. Sejak masih kecil, beliau diboyong oleh orang tuanya KH. Tamim Irsyad ke Jombang. Di masa kecilnya, selain belajar ilmu dasar-dasar agama dan Al-Qur'an kepada ayahnya sendiri juga belajar kepada kakak iparnya yaitu KH Kholil (pembawa Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso).
Setelah masuk usia dewasa, beliau dikirim orang tuanya belajar ke KH. Kholil di Bangkalan, sebagaimana orang tuanya dahulu dan juga kakak iparnya belajar ke beliau. Kemudian setelah dirasa cukup belajar ke Kiai Kholil Bangkalan, beliau mendapat tugas untuk membantu KH Hasyim Asy'ari mengajarkan ilmu agama di Pesantren Tebuireng, sehingga akhirnya beliau diambil sebagai menantu oleh Kiai Hasyim yaitu dinikahkan dengan putrinya yang bernama Izzah binti Hasyim pada tahun 1923 M. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama karena terjadi perceraian.
Setelah perceraian tersebut, Mbah Yai Romly, begitu biasa dipanggil, pulang ke rumah orang tuanya, Kiai Tamim di Rejoso Peterongan. Tak lama kemudian beliau menikahi seorang gadis dari desa Besuk, kecamatan Mojosongo. Gadis yang dinikahi tersebut bernama Maisaroh. Dari pernikahannya dengan Nyai Maisaroh ini, lahir dua orang putra yaitu Ishomuddin Romly (wafat tertembak oleh tentara Belanda, saat masih muda), dan Musta'in Romly.
Putra kedua Kiai Romly yang tersebut  terakhir ini kemudian menjadi seorang Kiai besar yang berwawasan luas. Hal ini terbukti saat beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Darul'Ulum Rejoso, beliau mendirikan sekolah-sekolah umum di dalam pesantren disamping madrasah-madrasah diniyah yang sudah ada. Sekolah-sekolah umum itu di antaranya SMP, SMA, PGA, SPG, SMEA, bahkan juga memasukkan sekolah negeri di dalam pesantren yaitu MTs Negeri dan MA Negeri. Sekolah-sekolah tersebut masih berjalan hingga sekarang.
Di samping menjadi Ketua Umum Jam'iyyah Ahli Thariqoh Mu'tabaroh dan Mursyid Thariqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada saat itu, Dr. KH. Musta'in Romly yang kemudian menjadi menantu KH. Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas ini juga merupakan satu-satunya Kiai pertama di Indonesia yang mendirikan sebuah Universitas Islam yang cukup ternama pada saat itu (tahun 1965), yaitu Universitas Darul'Ulum Jombang.
Kemudian setelah Nyai Maisaroh wafat, Mbah Yai Romly menikah lagi dengan seorang gadis putri KH. Luqman dari Swaru Mojowarno. Gadis itu bernama Khodijah. Dari pernikahannya dengan istri ketiga ini lahir putra-putra beliau yaitu: KH Ahmad Rifa'iy Romli (wafat tahun 1994), beliau adalah menantu Kiai Mahrus Ali Lirboyo, KH A. Shonhaji Romli (wafat tahun 1992), beliau adalah menantu Kiai Ahmad Zaini Sampang, KH. Muhammad Damanhuri Romly (wafat tahun 2001), beliau adalah menantu Kiai Zainul Hasan Genggong, KH. Ahmad Dimyati Romly (menantu Kiai Marzuki Langitan), dan KH. A. Tamim Romly, M.Si. (menantu Kiai Shohib Bisri Denanyar).
KH. Muhammad Romly Tamim, adalah seorang Kiai yang sangat alim, sabar, sakhiy, wara', faqih, seorang sufi murni, seorang Mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul'Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang.
Di antara murid-murid beliau yang terkenal dan menjadi Kiai besar ialah KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH. Shonhaji (Kebumen), KH. Imron Hamzah (Sidoarjo).
KH. Muhammad Romly Tamim, disamping seorang mursyid, beliau juga kreatif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangannya ialah: al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah, Tsamratul Fikriyah, Risalatul Waqi'ah, Risalatush Shalawat an-Nariyah. Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H atau tanggal 6 April 1958 M.
Tata Cara Istighotsah
Melaksanakan istighotsah, boleh dilakukan secara bersama-sama (jamaah) dan boleh juga dilakukan secara sendiri-sendiri. Demikian juga waktunya, bebas dilakukan, boleh siang,  malam, pagi, atau sore. Seseorang yang akan melaksanakan  istighotsah, sayogianya ia sudah dalam keadaan suci, baik badannya, pakaian dan tempatnya,  dan suci dari hadats kecil dan besar.
Juga tidak kalah pentingnya, seseorang yang mengamalkan istighotsah menyesuaikan dengan bacaan dan urutan sebagaimana yang telah ditentukan oleh pemiliknya (Kiai Romly). Hal ini penting disampaikan, sebab tidak sedikit orang yang merubah bacaan dan urutan istighotsah  bahkan menambah bacaan sehingga tidak sama dengan aslinya. Padahal urutan bacaan istighotsah ini, menurut riwayat santri-santri senior Kiai Romli adalah atas petunjuk dari guru-guru beliau, baik secara langsung maupun lewat mimpi.
Diceritakan, sebelum membuat wirid istighotsah ini, beliau Kiai Romli melaksanakan riyaddloh dengan puasa selama 3 tahun. Dalam masa-masa riyadlohnya itulah beliau memperoleh ijazah wirid-wirid istighotsah dari para waliyulloh. Wirid pertama yang beliau terima adalah wirid berupa istighfar, dan karena itulah istighfar beliau letakkan di urutan pertama dalam istighosah. Demikian juga urutan berikutnya adalah sesuai dengan urutan beliau menerima ijazah dari para waliyyulloh lainnya. Oleh karena itu   sebaiknya dalam mengamalkan istighotsah seseorang menyesuaikan urutan wirid-wirid istighotsah sesuai dengan aslinya.
Setelah siap semuanya, barulah seseorang menghadap qiblat untuk memulai istighotsah dengan terlebih dahulu menghaturan hadiah pahala membaca surat al-Fatihah untuk Nabi, keluarga dan shahabatnya, tabi'in, para wali dan ulama khususnya Shahibul Istighatsah Hadratusy Syaikh KH. Muhammad Romly Tamim. (Ishomuddin Ma’shum, dosen Universitas Darul Ulum Jombang) http://www.nu.or.id

Budaya Ewuh Pakewuh

Kamis, 28 Agustus 2014

Mainstream nalar berpikir orang pesantren adalah tertutup, konvensional, tradisioanal dan stagnan. jarang orang pesantren baik Uatadz maupun santri berani melakukan kajian teks suci karena dipandang sebagai pembangkangan, penghianatan dan perusakan nilai-nilai sakral yang sudah terpelihara kebenarannya secara absolut dan turun temurun.
Akibatnya, ini menghilangkan kekuatan logika pesantren yang dikenal dengan petualangan pemikirannya guna mendapat inspirasi baru dibalik kebesaran Allah SWT. mempelajari itu kita perlu menjelaskan pemikiran alternatif apa yang harus di kerjakan penghuni pesantren agar tidak jumud dan mengalami kemunduran pemikiran. pula tidak diklaim sebagai dosa agama yang kemudian berbuntut pada pemurtadan, mengutip pendapat Muhammad Yunis dalam bukunya politik pengkafiran dan Petaka Kaum Beriman (Pilar media, November 2006)
Memandang persoalan tersebut muncul, tumbuh dan besar di kalangan pesantren karena pesantren masih kuat menganut budaya patron-client. Ada semacam ewuh pakeewuh untuk berkegiatan intelektual yang sifatnya membangun dan mendinamis. Ada keengganan untuk berani dan memiliki semangat berbuat lebih dari hasil zaman lampau dalam memproduksi gagasan baru yang lebih cemerlang. seakan ada kelancangan bila penghuni pesantren melakukannya dan ini di nilai tidak etis, bila mengguna kan paradigma pesantren salaf.
di-sana pula, terbenam kebersalahan bila melangkahi sesepuhnya dalam membingkai agama islam yang sudah di rintisnya itu. Bila ini dilakukan, sama saja dengan tidak percaya lagi dengan kerja pemikiran pendahulunya. Ini tidak sopan. Tidak sopan dalam dunia pesantren sama dengan tidak menghormati dan menyanjung hasil kerja keras seniornya.
Membongkar dan merevisi ulang sifat tidak mendidik seperti itu jelas dibutuhkan, sebab ini menyangkut dinamika kemanusiaan dan agama islam kedepan. Agar tak tergilas zaman yang terus bergerak maju tanpa bisa di rem oleh siapapun, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi Amerika yang katanya adidaya itu. di iyakan atau tidak, tatkala pesantren mencoba berani keluar dari format pemikiran yang masih kerdil, niscaya ini akan banyak melahirkan prestasi baru yang luar biasa. Agama islam tak akan berjalan ditempat dengan modelnya yang statis baik dalam ranah sosial maupun yang lainnya.
Islam akan berkembang pesat lantaran pesantren sudah bisa merubah paradigma berpikirnya yang narrow-minded menuju keterbukaan.
Ini harus dilakukan, sebab pesantren ada untuk kemajuan agama dan masyarakat. Ia bukan dibangun dengan sekian jutaan dan milyaran rupiah bahkan dolar baik infrastruktur maupun suprastrukturnya untuk menghambat perjalanan agama dan masyarakat. Pesantren adalah sentrum pertarungan intelektual dan pemikiran yang dapat mengakomodasi banyak hal yang selanjutnya disumbangkan demi terbangunnya pembacaan teks-teks suci yang lebih fleksibel, lentur dan terbuka dengan sekian pemahaman, sekaligus penafsirannya. Sehingga bermanfaat untuk semua umat dengan konsep Rahmatan lil alamin.
Sangat mustahil bila pesantren dibuat untuk memburamkan nasib agama dan masyarakat.
Mengapa pesantren dianggap segaian orang masih terbelakang, karena ada ketakutan pada buku-buku pemikiran barat (orientalisme phobia).
Ini dinilai berpotensi menyesatkan umat. Padahal bila dilihat dalam sejarah islam saat Ibnu Rusdy hidup, ia mampu mencemerlangkan islam dengan mengotak-atik pemikiran Aristoteles dari yunani (yahudi, dan bagian dari dedengkot pemikir barat). Sehingga barat dengan yahudinya waktu itu sedikit mundur kebelakang. Tapi sayang ini tidak dikembangkan lagi pasca Ibn Rusdy. Kajian intelektual islam waktu itu malah menuding pemikiran Ibn Rusdy sesat dan orientalis. Alih-alih, tatkala umat islam melemparkan ide Ibn Rusdy ke tong sampah, Barat pun memulung gagasan Ibn Rusdy. Ia mempelajari pemikiran Ibn Rusdy dan hasilnya adalah Barat pun menuai kecermelangan peradaban.
Dalam pandangan hidup Barat, selama pemikiran siapapun, baik berlatar belakang Kristen maupun tidak, dapat melahirkan satu tatanan kehidupan yang lebih baik, sempurna dan seterusnya, ini harus di ambil dan dirayakan. Kita tidak usah munafik dan jaga image sebab sikap demikian justru memundurkan dinamika hidup. Karennya, pesantren dengan basis utamanya Islam, serta kajian keislamannya, penting dan perlu meniru budaya Barat yang terbuka terhadap pemikiran di luar Kristen. Tidak penting mengandalkan ego-sentrisme kerdil dan sempit.
Banyak melakukan dialog dengan dunia pemikiran orientalis adalah keniscayaan tak terbantahkan sebab inilah jalan utama yang dapat memuluskan pesantren lebih maju. Pesantren akan melahirkan pemikiran mumpuni kendati tetap harus menjaga orsinalitasnya sebagai kawah condrodimuko keaslian Islam. Biarkan pemikiran orientalisme memasuki Pesantren selama itu dibutuhkan demi kemajuan kajian pemikiran Islam dan terbangunnya Islam yang gilang-gemilang....Wallahu 'A'lam Bissawab

10 Hikmah Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan

Kamis, 10 Juli 2014

  1. Melatih Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan).
  2. Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.
  3. Mempererat Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
  4. Lebih Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
  5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
  6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
  7. Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
  8. Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.
  9. Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja.
  10. Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT.

MAMBAUL HIKAM FAIR 2014 Al-Banjari Fair 2014

Jumat, 18 April 2014

[INFO] MANBA'UL HIKAM FAIR 2014

 
MANBA'UL HIKAM FAIR 2014

IKUTILAH!!!
Manba'ul Hikam Fair 2014
Festival Sholawat Al-Banjari se-Jawa Timur 
Acara dilaksanakan pd Ahad, 15 Juni 2014 

di PP Manba'ul Hikam Sidoarjo pukul 08.00 WIB sampai selesai.




MAMBAUL HIKAM FAIR 2014

FESTIVAL SHOLAWAT DAN AL BANJARI

SE-JAWA TIMUR
(Ahad 1 Juni 2014)
 
HADIA
Juara I          : Trophy       - Rp. 2.000.000    - Piagam
Juara II         : Trophy       - Rp. 1.500.000    - Piagam
Juara III         : Trophy       - Rp. 1.000.000    - Piagam
Harapan I      : Trophy       - Rp.    400.000    - Piagam
Harapan II     : Trophy       - Rp.    300.000    - Piagam
Harapan III    : Trophy       - Rp.    200.000    - Piagam
REGISTRASI
1. Mengisi Formulir Peserta
2. Membayar Konstribusi Rop. 80.000,-
3. Peserta menyerahkan Maqrok/Lirik
4. Kuota Peserta 60 Group

KETENTUAN
1. Pendaftaran mulai tanggal 10 April - 01 Juni 2014
2. Tempat Pendaftaran  PP. Manba’ul Hikam Putat
3. Mengikuti Technical Meeting (Ahad, 08 Juni 2014)

PERSYARATAN
1. Kelompok/Group Sholawat Al Banjari
2. Jumlah Personil 10 orang
3. Membawa Peralatan Sendiri
4. Peserta tidak boleh Tampil 2 kali
5. Membawakan 2 lagu berbahasa Arab
6. Durasi penampilan 10 menit

>> Pendaftaran 10 April 2014 sampai 1 Juni 2014
>> Tempat Pendaftaran PP Manba'ul Hikam (08.00-15.00 WIB)
>> TM pada Ahad, 8 Juni 2014 (13.00 WIB) di Masjid PP. Manba'ul Hikam
 


CONTAC  INFO:
Mas Agung Primadani (085 732 107 800)
Abd. Halim (085 731 719 181)
Ibnu Mu'allim (081 515 218 373)
M. Taufiqur Rifqi (085 748 297 209)
Asrojuddinul A. (085 732 207 722)

Kewalian Hebat Gus Dur...

Kamis, 10 April 2014

 
GUS DUR "SANg WALI"
 
Syeikh Yasin Padang, salah satu ulama keturunan Indonesia yang yang menjadi benteng ajaran ahlusunnah wal jamaah merupakan ulama yang sangat dihormati di dunia. Ulama ini juga sangat dihormati oleh warga NU.Bernama lengkap Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani lahir di kota Makkah pada tahun 1915 dan wafat pada tahun 1990. Ia adalah Muhaddits, Faqih, ahli tasawwuf dan kepala Madrasah Darul-Ulum, yang siswanya banyak berasal dari Indonesia. Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul Fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan
sisanya tentang ilmu-ilmu yang lain. Ia memiliki gaya hidup yang sangat sederhana, hanya menggunakan kaos dan sarung dan sering nongkrong di “Gahwaji” untuk Nyisyah (menghisap rokok arab) tak seorangpun yang berani mencelanya karena kekayaan ilmu yang dimiliki Pada muktamar NU tahun 1979, ia datang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan kunjungan ke sejumlah pesantren, yang dihadiri oleh ribuan warga NU yang ingin bertemu langsung dengannya. Ia juga dikenal memiliki banyak kekeramatan. Diantara cerita yang beredar soal kekeramatannya adalah Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah Syeikh Yasin Pada hari Jumat. Ketika Azan Jumat dikumandangkan, Syeikh Yasin masih saja di rumah, akhirnya Zakariyya keluar dan sholat di masjid terdekat. Seusai sholat Jumat, ia menemui seorang kawan, Zakariyyapun bercerita pada temannya bahwa Syeikh Yasin ra. tidak sholat Jumat. Namun dibantah oleh temannya karena kata temannya, kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau HM Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syeikh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap dengan tembakau dari buah-buahan/rokok tradisi bangsa Arab). Setalah dibikinkan dan Syeikh mulai meminum teh, ia keluar menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syeikh Yasin baru pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.
Dikisahkan ketika KH Abdul Hamid di Jakarta sedang mengajar dalam ilmu fiqih bab diyat, ia menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya malam hari itu juga, ia menerima sepucuk surat dari Syeikh Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. Iapun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu? Sedangkan KH Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!
Kisah hubungan antara Syeikh Yasin Padang dan Gus Dur juga diungkapkan oleh KH Said Aqil Siroj. Dalam satu kunjungan ke Arab Saudi, Gus Dur menyempatkan diri singgah ke rumah Syeikh Yasin.Dalam pertemuan tersebut, Gus Dur mendapat penghormatan yang luar biasa, meskipun usianya lebih muda, Syeikh Yasin melayani sendiri Gus Dur, mengambilkan air, kurma dan lainnya, tidak boleh dilayani oleh para pembantunya.Kiai Said juga mendapat sejumlah cerita soal karomah Syeikh Yasin. Ketika sedang makan siang, ada ustadz anak buahnya, namanya Abdurrahim dari Kupang, keluar ruangan, tiba-tiba Syeikh Yasin bilang, Abdurrahim diiringin malaikat, “E.. jam enam sore mati,” katanya.Waktu Irak mau nyerang Kuwait, Syeikh Yasin tiba-tiba kemringet, ditanya sama Tantowi Musaddad, Darimana?, Dari Kuwait, lihat bangkai dan darah, Ini tanda kewaliannya Syeikh Yasin, orang kayak gitu dengan Gus Dur hormat dan memberi perlakukan istimewa, padahal juga sudah sepuh banget.

Sekali santri tetap santri

Selasa, 01 April 2014


Jadilah santri yang sejati (seperti kayu jati), semakin panjang umurnya, maka semakin bagus kwalitasnya.  Santri itu potret manusia yang bertaqwa, karena itu pertahankan predikat santri muttaqien ini.
Alumni santri harus menjadi agen pelestarian tradisi pesantren, maka sunnah-sunnah pondok ini amalkan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun kalian.
  • Bangun pagi,
  • Shalat berjama’ah, shalat dhuha, shalat tahajjud,
  • Membaca, menghafal dan mempelajari al-Qur’an,
  • Puasa sunnah senin dan kamis,
  • Berda’wah, bermuhadloroh, bermusyawarah,
  • Tawadhu’, ihtirom, ikhlas, sederhana, itho’ah, ukhuwah, ta’awuniyah, dll
Budayakan dan tradisikan…!!!
  • Jangan pernah lepas jilbabmu, Jangan pernah lepas jilbabmu, Jangan pernah lepas jilbabmu…
  • Jangan pernah lupakan pondokmu…
  • Jangan pernah sakiti orang tuamu…
  • Jangan pernah kecewakan fansmu/ pengagummu…
  • Jangan pernah pisahkan keagungan Allah dari kehidupanmu…
 Sebuah Pesan KH. Muh. Ihsan, M.Ag

Kewalian Mbah Ud Pagerwojo Buduran

Kamis, 06 Maret 2014

Gus Ud mendapat derajat kewalian itu sejak masih kecil. Sangat nakal memang dan banyak tingkah hingga membuat ayahnya sering memarahinya. Sang ayah adalah orang yang alim dan sebagai guru ngaji di rumahnya. Seringkali saat ayahandanya mengajar ngaji, selalu saja terdengar gaduh oleh suara-suara teriakan Gus Ud kecil. Hingga sang ayah memarahinya bahkan memukulnya dengan kayu kecil.
Lantas sang ayah membentak: “Kamu ini banyak tingkahnya, makanya gak bisa ngaji!”
Karena mendapat olokan ayahnya seperti itu, maka Gus Ud langsung menimpali: “Ngajar ngajinya saya ganti ya!”
Ayahnya heran dengan ucapan anaknya yang baru berusia 8 tahunan itu. Gus Ud langsung mengambil kitab kuning ayahnya tersebut dan langsung membacanya. Meski kitab itu gundul (tidak berharakat), toh Gus Ud kecil itu lancar membacanya berikut gamblang dalam menjelaskan semua keterangan kitab itu. “Wah. Subhanallah!” gumam ayahnya seraya terbengong heran. Sejak itulah sang ayah membiarkan saja apa yang dilakukan putranya itu
Di Pesantren Sawahpulo daerah Jatipurwo Surabaya, kira-kira 1 km dari Ampel, pimpinan Kyai Utsman al-Ishaqi ada pengajian rutin kitab al-Hikam yang dibacakan oleh Kyai Utsman sendiri. Hampir semua yang ngaji di sana adalah para kyai yang tabarrukan kepada beliau.
Ada hal menarik di sana saat Gus Ud ikut mengaji. Sudah menjadi tabiatnya, Gus Ud banyak tingkah, kadang berdiri, duduk, berjalan dan apa saja ia lakukan dan tidak bisa diam. Lalu tiba-tiba Gus Ud mendekati Kyai Utsman yang sedang asyik membaca kitab al-Hikam itu. Gus Ud izin untuk meminta kitab yang sedang dipegang Kyai Utsman tadi. Akhirnya kitab itu pun diberikan kepada Gus Ud.
Kontan saja para jamaah pengajian itu terbelalak melihat tingkah Gus Ud seperti itu. Banyak jamaah yang berpikir dalam hatinya: “Mau apa dia meminta kitab al-Hikam itu? Memangnya dia bisa baca?”
Setelah kitab itu diserahkan kepada Gus Ud, ternyata kitab itu dibalik sehingga tulisan Arabnya terlihat terbalik. Dan dengan sangat mantapnya beliau membacakan kitab al-Hikam itu lengkap dengan penjelasannya meski dengan kitab terbalik. Kejadian ini membuat decak kagum para jamaah pengajian tersebut. Wallahu A’lam.
 Sumber : http://pustakamuhibbin.blogspot.com

KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK KYAI KARISMATIK)

Selasa, 04 Maret 2014



KH Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” (pengingat mereka yang lupa). Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa.Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat.
Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.
gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas.
Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek.
jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak.
Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan
Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu.
Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek) mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus miek.
Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek
Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga seorang waliyalloh.
Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan

  Ayah Gus Miek : KH.Achmad djazuli Usman
Pedulikah Akhi-Ukhti (Alumni) terhadap PP. Manbaul Hikam Putat?
Sangat Peduli0%
Peduli 0%
Tidak Peduli 0%
Biasa Aja0%

Popular Posts

Unit Pendidikan

Followers

Kontributor

Random Post

Flag Counter

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *